-->

Iklan Billboard 970x250

Penderes Gula Kelapa, Pekerjaan Penuh Resiko

Iklan 728x90


Penderes Gula Kelapa, Pekerjaan Penuh Resiko






Penderes Gula Kelapa, Pekerjaan Penuh Resiko
pohon kelapa
Penderes Gula Kelapa, Pekerjaan Penuh Resiko � Namananya Bapak Karsun, kegagahan tubuh yang biasa dia tunjukan sehari-hari berubah menjadi objek rasa kasihan dan iba kami semua. Ya, beliau baru saja jatuh dari pohon kelapa. Jatuh dari ketinggian kira-kira 15 meter, sudah dibawa ke ahli tulang, sudah dibawa kerumah sakit tingkat daerah, namun sekarang beliau hanya bisa terbaring dikamar tidurnya sambil menahan sakit tulang-tulangnya yang patah.

Di lingkunganku, sudah banyak sekali kasus yang terjadi akibat dari kecelakaan menderes gula kelapa seperti itu, mulai dari cedera ringan, patah kaki, lumpuh, hingga kematian. Ya, dilingkunganku mayoritas warga bekerja sebagai penderes gula kelapa/gula merah. Memang semua pekerjaan mengandung resiko kecelakaan kerja, tapi menurutku tidak ada yang sebahaya penderes kelapa.

Bayangkan saja mereka naik pohon kelapa dengan ketinggian 10-25 meter tanpa pengaman apapun. Apalagi saat musim penghujan, kesempatan terjadi kecelakaan sangat besar karena licinnya pohon kelapa yang mereka panjat.

Tak jarang jika terjadi hujan yang sangat deras dan disertai petir, dengan terpaksa mereka tidak bisa menderes. Akibatnya nira yang sudah terkumpul di pongkor (alat untuk menampung nira yang dipasang di bunga kelapa) tidak bisa diambil dan kejernihan nira akan rusak yang mengakibatkan hasil gula merah menurun dan gula tersebut tidak bisa membeku/terbentuk.

Beberpa tahun lalu, nyawa pamanku sendiri juga pernah hampir tak tertolong. Menderes di daerah pinggir hutan yang terpencil pada petang hari, dia jatuh dari pohon kelapa pada ketinggian 18 meter. Sangat beruntung ada satu orang yang mendengar rintihan dan jeritan minta tolongnya. Kakinya patah, beruntung dia sudah bisa berjalan meskipun kakinya agak sedikit pincang, jalannya tidak normal seperti semula lagi.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah Bapak Karsudi. Saat menderes didekat rumahnya, pelepah pohon kelapa sebagai pegangannya patah. Dia terjatuh, tulang belakangnya mengenai batu dan kepalanya terbentur tanah keras yang sudah mengering. 10 menit setelah jatuh, nyawanya meregang, meninggalkan istri tersayang dan anak-anaknya untuk selamanya. Anak dan istrinya sampai sekarang mau tidak mau harus bekerja sendiri untuk memenui kebutuhan hidup.

Penderes Gula Kelapa, Pekerjaan Penuh Resiko
perlengkapan penderes
Bapak Karsun, Pamanku, Bapak Karsudi hanya sample kecil dari banyaknya kecelakaan yang sudah terjadi. Mungkin saja akan ada lagi kecelakaan-kecelakaan lain, semoga saja tidak, tapi mereka tahu bahwa mungkin saja kecelakaan itu bisa terjadi menimpa, karena itu memang resikonya pekerjaanya.
Pekerjaan dengan resiko berat tersebut nyatanya tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka dapat. Dalam satu pasaran jawa (pahing, pon, wage, kliwon, manis atau 5 hari), untuk 15 pohon yang dideres akan dihasilkan kurang lebih 18 kg. Kira-kira penghasilan satu hari 35-40 ribu.

Harga gula merah selalu naik turun, tidak tetap, tergantung dari kebijakan pembeli. Yah dalam transaksi jual beli gula merah didaerahku harga barang bukan ditentukan oleh si penjual tapi ditentukan oleh pembeli/tengkulak. Sampai sekarang saya tidak tahu pasti penyebab naik-turunnya harga.
 Konon katanya tergantung pada stok gula pada pabrik-pabrik kecap di kota-kota besar (gula merah dijual kepada pabrik-pabrik kecap). Jika stok melimpah, maka pabrik tidak memerlukan gula merah sehingga harga di grass root menurun, begitu juga sebaliknya. Namun berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu, lamanya harga murah akan lebih lama dibandingkan lamanya harga mahal.

Para penderes sendiri tahu apa yang menjadi resikonya. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai orang yang berpendidikan rendah mereka hanya bisa memanfaatkan sumber daya alam berupa pohon kelapa. Tidak mempunyai keahlian lain.

Saya sebagai anak penderes dan juga saya rasa keinginan semua penderes gula kelapa, keinginan kami tidaklah muluk-muluk. Kami hanya ingin harga gula merah stabil dan dapat mengapresiasikan resiko pekerjaan penderes-penderes di daerahku. Sehingga penghasilannya bisa mencukupi untuk membeli kebutuhan sehari-hari yang paling hanya beras dan lauk. Keinginan yang sederhana.

Selama ini seperti yang sudah dijelaskan diatas, harga seringkali berubah, namun resiko sebagai penderes sampai kapanpun masih sama, yaitu patah tulang, kelumpuhan, dan kematian.

Semoga Bapak-Bapak wakil kami yang duduk (atau hanya duduk-duduk?) disana mendengarkan kami, para penderes gula kelapa.


Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment

Iklan Tengah Post


EBAY